Atletik merupakan istilah yang sudah dialih bahasakan dari berbagai istilah sebelumnya. Sebenarnya, istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang berarti bertanding atau berlomba. Istilah atletik digunakan di Indonesia saat ini diambil dari bahasa inggris athletic yang berarti cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Sementara di Amerika Serikat, istilah athletic diberi makna yang lebih luas lagi yaitu berbagai cabang olahraga yang
bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk cabang olahraga renang, bola basket, tenis, sepakbola, senam, dan lain-lain (Yudha M. Saputra, 2004:1).
Olahraga atletik
adalah olahraga individu yang sangat besar dipengaruhi oleh kondisi psikis
seorang atlet. Keadaan stress akan muncul menjelang berlangsungnya
pertandingan, sehingga kemampuan atlet dalam menghadapi stress akan
berkontribusi terhadap hasil yang akan diperoleh seorang atlet. Atlet harus
bisa mengendalikan emosi diri, ketegangan/stress, kecemasan agar atlet tersebut
bisa menjalankan tugas yang dibawanya secara maksimal didalam pertandingan.
Seorang atlet pada
cabang olahraga atletik yang tidak memiliki mental yang baik akan menimbulkan
tingkat stress yang tinggi dibandingkan atlet-atlet yang sudah siap mental.
Dengan lemahnya mental maka akan memicu timbulnya ketegangan, cemas, serta
hilangnya konsentrasi yang akan berdampak pada kesalahan-kesalahan yang
dilakukan seorang atlet.
Kecemasan
menyebabkan berbagai macam efek terhadap performa atletik yang berubah-ubah
berdasar pada olahraga, gender, dan tingkat pengalaman (Humara, 1999: 6). Dalam
43 studi melaporkan hubungan antara cognitive
anxiety dan performa atlet, 26 (60%) melaporkan adanya hubungan yang
bersifat negatif, 7 (16%) melaporkan hasil yang tidak signifikan dan 10 (23%)
melaporkan hubungan yang bersifat positif (Woodman dan Hardy, 2003:447). Seperti
yang diungkapkan dalam berbagai studi bahwa anxiety
memang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap performa dalam olahraga
kususnya atletik.
0 comments:
Post a Comment