April 9, 2016

Pendidikan Jasmani dalam Kerangka Positivisme


Dari judul diatas tulisan ini mencoba melihat pendidikan jasmani dalam kerangka positivisme. Jika ditelaah segala sesuatu pasti memiliki kelemahan dan kelebihan begitu pula dengan pendidikan jasmani. Maka dari itu sebelum mengulas kelemahan dan kelebihan dari penjas maka harus dipahami terlebih dahulu apa itu positivisme.

Positivisme dirintis oleh seorang filsuf asal Prancis bernama Auguste Comte pada abab ke 19. Walau pun pendiri paham ini yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simin (tokoh sosialis utopis) sebagai gurunya sekaligus menjadi teman diskusinya. Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Itu berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan dengan segala hal yang berkaitan dengan angan-angan. Pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam pencapaian kebenarannya bersumber dari kejadian yang benar-benar terjadi dan pasti. Segala hal diluar itu tidak dikaji dalam positivisme.

Sebagai pencetusnya Comte mengemukakan ada tiga tahapan perkembangan pemikiran individu, masyarakat atau kebudayaan. Pertama: tahap teologi atau fiktif Pada tahap ini manusia mencari sebab pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu. Dalam semua peristiwa alam diyakini bahwa ada kekeuatan supernatural yang mengatur dan menyebabkan semua gejala alam. Semua permasalahan dan jawaban terhadap fenomena alam dikembalikan kepada kepercayaan teologis. Kedua, tahap metafifis (abstrak), Pada tahap ini manusia merumuskan jawaban atas fenomena alam dengan mencari sebab-sebab pertama dan tujuan akhir. Penjelasn rasional berupa abstraksi adalah metode yang diandalkan untuk menemukan hakekat dari segala sesuatu yang metafisis itu. Tahap ini kehidupan manusia sudah mengalami kemajuan disbanding pada tahap sebelumnya.

Ketiga, tahap positif; yaitu tahap berfikir real, factual dan nyata sebagai dasar pengetahuan. Tahap ini menurut Comte merupakan puncak dari perkembangan pemikiran manusia. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kemajuan manusia menurut paham positivisme disebabkan oleh kepercayaan manusia terhadap akal budi dengan kemampuan berpikirnya secara real dan factual serta meninggalkan dogma-dogma teologi agama yang bersifat abstrak bahkan fiktif yang kebenarannya tidak dapat diuji oleh bukti-bukti empiris.

Positivisme jika dikaitkan dengan penjas berarti segala sesuatu mengenai penjas yang dianggap pasti yang mana kebenaran adalah fakta-fakta yang pasti. Jadi bagaimana penjas diluar spekulasi maupun angan yang tidak pasti. Jika melihat pendidikan jasmani dalam positivisme maka akan dijumpai berbagai kekurangan maupun kelebihan dari pendidikan jasmani itu.

Positivisme yang mana kita tahu hanya menganggap benar pada yang bisa ditangkap dan masuk logika, maka hal itu akan mengesampingkan nilai-nilai dasar manusia salah satunya adalah nilai kerohanian yang absolut adalah sesuatu yang tidak pasti. Pendidikan jasmani memiliki kekurangan dalam pembentukan mental spiritual peserta didik. Outcome yang dihasilkan tidak sesuai dengan hakikat manusia yang memiliki potensi dasar kemampuan spiritual yang dapat dikembangkan. Pendidikan jasmani tidak mengembangkan aspek spiritual peserta didik yang menjadi kekurangan dari pendidikan jasmani itu sendiri.

Selain itu jika kita melihat dari sistem pendidikan pendidikan jasmani maka terlihat sangat tidak sesuai dengan praksis yang ada. Pendidikan jasmani yang tidak lain bertujuan untuk membentuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun fakta yang ada hal itu tidak tersampaikan mengingat berbagai hal. Jika dilihat materi yang diajarkan sebagian besar adalah mengenai olahraga yang menuntut siswa untuk menguasai suatu cabang olahraga sebagai ketentuan penilaian. Materi pendidikan jasmani sangat luas namun siswa hanya dituntut penguasaan yang secara setengah-setengah mengingat waktu yang diberikan sangat terbatas. Hal tersebut tentu saja sangat tidak masuk akal dan terus dilestarikan kepada calon pengajar pendidian jasmani. Hal-hal tersebut adalah sebuah fakta yang sebenarnya masuk akal namun dibuat tidak masuk akal, sehingga bisa pula bermakna negatif.

Disamping kekurangan pendidikan jasmani, terdapat kelebihan tersendiri. Pendidikan jasmani merupakan sebuah ilmu yang nyata dan faktual. Pendidikan jasmani dapat diukur dengan jelas dan memasuki logika tidak seperti ilmu seni yang sangat abstrak untuk mencari kebenarannya. Karena bersifat faktual maka pendidikan jasmani terus berkembang sesuai dengan fenomena yang ada selama masih diterima logika. Selain itu pendidikan jasmani juga membentuk tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang sangat jelas dari aktivitas yang dilakukan dan membedakan dari bidang ilmu lain. Pendidikan Jasmani juga menekankan kebaikan fisik tubuh kerena secara nyata menjadi media yang digunakan dalam pembelajaran sehingga akan senantiasa berkembang kualitasnya.

1 comment:

  1. nice post buat tugas kuliah
    http://olagragasport.blogspot.com/

    ReplyDelete